Tidak setiap hari saya menemui
Seorang yang mengajar dengan tulus memberi
Yang berbagi, tak melihat beda dari pribadi
Yang membimbing, dengan jiwa raga hati
Mungkin tidak setiap paruh tahun
Ada cerita yang membuat tertegun
Ada canda, memercik tawa sehimpun
Dan ada nilai, berharga, lebih dari harta apapun
Dan satu hidup pun tidak
Saya bisa berjumpa pada seorang otodidak
Yang ikhlas berbagi tanpa menginjak
Yang terus tersenyum, mengeluh pun tidakposted from Bloggeroid
Hanya skeptis langkahku, menata
Tapak terjal plegmatis, lumpur nestapa
Menggelayuti, membebani sepatu muda
Anak anak tak bercela, menuju puncak dunia
Dan kini aku berjalan
Menjejak batin, meluluh badan
Meninggal semua fana, melarat pikiran
Di setapak ini, sendirian
Satu satu orang datang pergi
Menyapa hati, meninggal dan memberi
Satu gelak, tetesan, penuh arti
Abadi, harta pun tak membeli
Tetap saja aku skeptis
Walau hati meraung, menangis
Atas prahara yang tak habis
Karna mata belum melihat apa yang di atas pelipis
Dan semua skeptis kulaku
Untuk akhirku yang tak tentu
Berakhir di puncak aku tak mau
Pun dengan lembah, penuh liku
posted from Bloggeroid
Seharusnya sajak ini
aku tulis ‘tuk melipur lara ibu
yang terluka, berdarah
oleh pisau – pisau tamak
Dan rima – rima ini
Seharusnya menjadi obat
Tuk sakit ibu, yang jamak
Bergantian mampir, pergi tak permisi
Pun kata – kata ini
Kuat pun tidak membendung air mata
Oh ibu, engkau yang begitu lara
Tercabik, termaki, terhina
Dan seharusnya aku ini
Malu, malu karena tak mampu
Melindungi, merawat, melipurmu ibu
Aku ini hina, aku tak tahu
Aku Hina dan Tak Tahu
10 November 2011
09:08
Hari ini hari pahlawan, dan aku masih tidak tahu cara memaknai dan apa makna pahlawan. Sampahkah? Mayatkah? Atau Cuma orang – orang bodoh yag berani karena naïf? Aku tak tahu
Satu milyar titik air menghujam bumi
Dengan berkah
Pada daun tanpa urat
Pada ranting sekarat, meregang mati hidup segan
Pada batang kering, kosong tak brarti
Dan bumi, pucat, seakan jalinan hidup telah dipecat
Satu milyar titik air
Mereka lewat satu jalan panjang
Berliku, menyimpang, bertransformasi
Dan membumbung, ke tirai biru
Satu milyar titik air menutup tirai kelabu
Dengan berkah, dengan indah
Lalu mencipta pelangi
Pada kanvas indah angkasa
Satu Milyar Titik Air
30 September 2011
13:45
Apa perlu manusia?
Kubawakan lilin - lilin kepadamu
Redup, menyala dengan setali bara
Lalu lenyap, membawa gelap dalam segenggam semu
Apa perlu manusia?
Kuhadirkan kau pada hutan – hutan merah
Layu, mengharap sewelas dari fana
Dan akar pun tenggelam daun, menjadi tanah
Apa perlu manusia?
Kuberikan tanganmu waktu
Tak akan kau rasa sebuah bernama usia
Dan matamu bersaksi atas kefanaan yang terbuang, semu
Apa perlu manusia?
Kudatangkan kau pada saudara – saudara sekarat
Yang merengek, menangis, meminta pada dunia
Dan yang bersyukur, merindu pada Cinta Sejati, pada akhirat
Apa perlu manusia?
Kuhadiahi kau satu bernama abadi
Dan sesekali kau merasa senang atas fana
Lalu dunia, mempuisikan kau dalam sepi
Apa perlu manusia?
Aku sendiri menyapamu dalam keseharian
Mengingatkanmu, menasihatimu, memelukmu sebentar saja
Bahwa aku merindumu, dalam dekapan kafan
Pertanyaan Sang Maut
3 Oktober 2011
22:40