Sabtu, 22 Oktober 2011

Satu Milyar Titik Air

Satu milyar titik air menghujam bumi
Dengan berkah
Pada daun tanpa urat
Pada ranting sekarat, meregang mati hidup segan
Pada batang kering, kosong tak brarti
Dan bumi, pucat, seakan jalinan hidup telah dipecat


Satu milyar titik air
Mereka lewat satu jalan panjang
Berliku, menyimpang, bertransformasi
Dan membumbung, ke tirai biru


Satu milyar titik air menutup tirai kelabu
Dengan berkah, dengan indah
Lalu mencipta pelangi
Pada kanvas indah angkasa

Satu Milyar Titik Air
30 September 2011
13:45

Pertanyaan Sang Maut

Apa perlu manusia?
Kubawakan lilin - lilin kepadamu
Redup, menyala dengan setali bara
Lalu lenyap, membawa gelap dalam segenggam semu


Apa perlu manusia?
Kuhadirkan kau pada hutan – hutan merah
Layu, mengharap sewelas dari fana
Dan akar pun tenggelam daun, menjadi tanah


Apa perlu manusia?
Kuberikan tanganmu waktu
Tak akan kau rasa sebuah bernama usia
Dan matamu bersaksi atas kefanaan yang terbuang, semu


Apa perlu manusia?
Kudatangkan kau pada saudara – saudara sekarat
Yang merengek, menangis, meminta pada dunia
Dan yang bersyukur, merindu pada Cinta Sejati, pada akhirat


Apa perlu manusia?
Kuhadiahi kau satu bernama abadi
Dan sesekali kau merasa senang atas fana
Lalu dunia, mempuisikan kau dalam sepi


Apa perlu manusia?
Aku sendiri menyapamu dalam keseharian
Mengingatkanmu, menasihatimu, memelukmu sebentar saja
Bahwa aku merindumu, dalam dekapan kafan

Pertanyaan Sang Maut
3 Oktober 2011
22:40

Jumat, 21 Oktober 2011

Sang Perentang

Lembar layar terkembang
Mengantar sunyi dengan sentuhan lembut
Kala tirai kelam menggantung langit
Membekap dingin tanpa sebuah welas


Dan pada ombak hitam
Tersimpan padanya sejuta rahasia dunia
Apakah layar gentar
Pada penyimpan rahasia dia bergantung


Kala jaring terbentang
Menangkap dingin pada hitam tak berujung
Berharap pada penyimpan rahasia
Sepercik nikmat dari kubangan dunia


Lalu sang perentang terdiam
Terpekur di dalam sebuah sujud
Mengharap berkah dari sepercik
Untuk hidup

Sang Perentang
7 September 2011
17:11

Di Mana Sandangku?

di mana sandangku?
lupakah aku memakai satu?
pun dera tak berwelas
memutar lagi yang terbias


di mana sandangku?
hujam kejam idiom kaku
meluka kalbu tak berparas
dan tercecer, hapuslah bekas


di mana sandangku?
seperti penjaja saja aku
pada hati - hati ganas
bernafsu selaksa tetas


di mana sandangku?
di mana hidupku?
sudah tak ada berbelas?
atau cuma tak berbalas?


Di Mana Sandangku?
11 September 2011
11:50

Senja Pertama di Bulan September

Yang akan aku rindu
Senja pertama di bulan September
Seperti buket bunga pelangi
Mewarna sejuta indah pintu langit


Yang tak akan kulupa
Senja pertama di bulan September
Dalam naungan bayang kota lama
Aku meniti hapusan cerita terukir


Yang akan kubingkai emas
Senja pertama di bulan September
Senyuman goresan bulan
Lalu damai, dingin, dan putih


Yang menjadi memori, membunuh bagai candu
Senja pertama di bulan September
Dan semua tak lagi menjadi sepadan
Malam tidak lagi mempunyai bulan

Senja Pertama Di Bulan September
15 September 2011
17:50